Sejarah Desa

Sejarah Desa​​​​​​​

Desa Tlogosih sebagai satu kesatuan hukum masyarakat telah ada dan terbentuk sejak jaman penjajahan Belanda. Struktur pemerintahan -beserta hak-hak adat yang melekat- telah berjalan dan berfungsi efektif sejak lama.

Pertama kali kapan didirikannya Desa Tlogosih tidak ada yang mengetahui secara pasti. Tidak ada catatan sejarah yang diketahui oleh masyarakat yang menunjukkan akan hal itu. Masyarakat hanya mengetahui dari peninggalan/ situs yang ada, yaitu kuburan kuno di Dukuh Tlogowaru, penemuan pecahanan gerabah kuno di bekas perkampungan di lokasi “gunung wurung“ Dukuh Tlogowaru dan beberapa sumur tua (sumur Brumbung) di Dukuh Tlogowaru serta Meteseh.

Masyarakat juga mengenal tokoh/figur yang dikeramatkan dan diyakini di makamkan di punden, yaitu Mbah Pelantaran (Ki Ageng Meteseh) di Dukuh Meteseh, Mbah Bejo Menggolo di Dukuh Tlogopring, dan Mbah Gandrung di Dukuh Tlogowaru. Mereka dianggap sebagai orang yang pertama kali bubak yasa/cikal bakal atau yang mendiami pertama kali di dukuhan. Masing-masing warga masyarakat di Dukuh masih mempertahankan secara kuat tradisi/adat kebiasaan, seperti gotong royong/sambatan, merti dukuh, apitan, dan khoul punden masing-masing.

Desa Tlogosih secara historis dan kewilayahan tererdiri atas 3 (tiga) wilayah  pedukuhan, yaitu Dukuh Meteseh, Tlogopring, dan Tlogowaru. Khusus di Dukuh Tlogowaru ada perkampungan bagian dari dukuh yang dikenal dengan sebutan Buludan.

          Sejak jaman kemerdekan Desa Tlogosih dipimpin oleh Lurah/Kepala Desa, yaitu :

  1. Reso Diwongso, ± Tahun 1900-an s.d tahun 1948
  2. Matsirat, tahun 1948-1968
  3. H.S Noorcholis, tahun 1968-1998 (dua periode)
  4. Ustad, tahun 1999 sampai dengan 2022 (tiga  periode)
  5. Bapak Ichyak, Tahun 2022 sampai dengan Sekarang